PROSES ADOPSI DIFUSI DAN INOVASI DALAM PENYULUHAN

Proses Adobsi Difusi Dan Inovasi

1.         Adopsi
1.1       Pengertian Adopsi
Rogers (1983) menyatakan adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Sedangkan  Adopsi dalam penyuluhan perikanan dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada petani atau masyarakat sasarannya.
1.2       Proses Adopsi Inovasi
            Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Sadar
Sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut   dirasa kurang. Pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. Pada tahap ini sasaran sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang baru yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatannya, cara baru dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi). 
2.      Tahap Minat
Sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenaiinformasi tersebut. Pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. Pada tahap ini  sasaran mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang baru tersebut.  Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi.  Sasaran mulai bertanya-tanya.
3.      Tahap Menilai
Sasaran sudah menilai dengan cara membandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah sasaran mencoba inovasi atau tidak. Pada tahap ini sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang baru itu.  Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.).  Pertimbangan-pertimbangan atau penilaian terhadap inovasi dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu  teknis, ekonomis dan sosiologis.
4.      Tahap Mencoba
Sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak. Pada tahap ini sasaran sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit saja. Sering juga terjadi bahwa usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi)
5.      Tahap Adopsi/Menerapkan
Sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar. Pada tahap ini sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru itu, maka ia mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu. Dapat saja sesuatu tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental.  Tidak semua orang mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan yang sama untuk menjalani, kadang-kadang mengulangi proses adopsi sampai sakhir dan mendapat sukses.
 Dari tahapan yang telah disebutkan, nampaknya terdapat kelemahan dimana proses adopsi tidak berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, direvisi kembali oleh Rogers (1983) menjadi 4 tahapan yaitu diantaranya:
1.      Tahap mengetahui, dimana sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.
2.      Tahap Persuasi, dimana sasaran sudah membentuk sikap terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
3.      Tahap Keputusan, dimana sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak inovasi
4.      Tahap Konfirmasi, dimana sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap ini petani sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
1.3       Faktor-Faktor yang Mendukung Kecepatan Adopsi
Menurut Mardikanto (1993) bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaraya:
1.      Sifat Inovasi
Sifat inovasinya sendiri, baik intrinsik (yang melekat pada inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut/dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
2.      Sifat Sasarannya
Dilihat dari karakteristik sasarannya, dikemukakan oleh Rogers and Shoemaker (1971) bahwa dalam setiap kelompok masyarakat terbagi menjadi 5 (lima) kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatannya mengadopsi sebagai berikut:
a.       Inovator (golongan perintis dan pelapor) Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.
b.      Early Adopter (golongan penyetrap dini) Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relative komplit.
c.       Early Mayority (golongan Penyetrap awal) Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
d.      Late Mayority (golongan Penyetrap akhir) Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.
e.       Laggard (Golongan Penolak) Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
3.      Cara pengambilan keputusan
Terlepas dari ragam karakteristik individu dan masyarakat, cara pengambilan keputusan yang dilakukan untuk mengadopsi sesuatu inovasi juga akan mempengaruhi kecepatan adopsi. Tentang hal ini, jika keputusan adopsi dapat dilakukan secara pribadi relatif lebih cepat dibandingkan pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama warga masyarakat yang lain, apalagi jika harus menunggu peraturan-peraturan tertentu seperti: rekomendasi pemerintah.
4.      Saluran komunikasi yang digunakan
Inovasi dapat dengan mudah dan jelas dapat disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapatdengan mudah menerima inovasi yang disampaikan melalui media masa, maka proses adopsi akan berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan inovasi yang harus disampaikan lewat media antar pribadi.
5.      Keadaan penyuluh
Kecepatan adopsi ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan oleh penyuluh, khususnya tentang upaya yang dilakukan penyuluh untuk “mempromosikan” inovasinya. Semakin rajin penyuluhnya menawarkan inovasi, proses adopsi semakin cepat pula.
6.      Ragam sumber informasi
Kecepatan adopsi inovasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok sasaran penyuluhan pada tiap tahapan adopsi sangat dipengaruhi oleh ragam sumber informasi yang menyampaikannya.

2.              Difusi Inovasi
2.1       Pengertian Difusi Inovasi
Menurut Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan difusi sebagai  proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Sedangkan difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
2.2              Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010), bahwa proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
1.      Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.
2.      Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.
3.      Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.
4.      Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.2       Ruang Lingkup Difusi
Menurut ruang lingkup terjadinya difusi terdapat 2 jenis difusi yaitu sebagai berikut:
1.    Difusi intra masyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Difusi intra masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a)        Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan.
b)        Ada tidaknya unsur-unsur yang memengaruhi diterima dan ditolaknya unsur-unsur baru.
c)        Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama kemungkinan besar tidak akan diterima.
d)       Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan diterima.
2.    Difusi antar masyarakat, yaitu difusi yang terjadi antarmasyarakat yang satu dan masyarakat lain. Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a)         Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.
b)        Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru tersebut.
c)         Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
d)        Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
e)         Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan baru

2.4              Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Difusi Inovasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Difusi Inovasi diantaranya:
1.      Faktor social, meliputi Anggota keluarga, Tetangga, Klik social, Kelompok referensi, Kelompok formal, dan Status sosial
2.      Faktor Kebudayaan
3.      Faktor personal dalam difusi inovasi meliputi Umur, pendidikan, psikologis,
4.      Faktor situasional meliputi pendapatan Usahatani, skala usaha, status kepemilikan tanah, prestise, dan lain-lain.

3.              Inovasi
3.1       Pengertian Inovasi
Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktekpraktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1993).
3.2       Karekteristik Inovasi
            Karekteristik inovasi diantaranya adalah sebagai berikut:
       1.           Keuntungan relatif (relative advantages), adalah merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan.
       2.           Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel.
       3.           Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.
       4.           Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu.
       5.           Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.

Tabel 1. Model Proses Inovasi yang berorientasi pada individual
Lavidge & Steiner
(1961)
Colley
(1961)
Rogers
(1962)
Robertson
(1971)
Menyadari
Belum menyadari
Menyadari
Persepsi tentang masalah
Mengetahui
Menyadari
Menaruh perhatian
Menyadari
Menyukai
Memahami
Menilai
Memahami
Memilih
Mempercayai
Mencoba
Menyikapi
Mempercayai
Mengambil tindakan
Menerima (adopsi)
Mengesahkan
Membeli






Mencoba
Menerima (adaption)
Disonasi

Tabel 2. Model Proses Inovasi Menurut Milo, Shepard, dan Hage
Milo (1971)
Shepard (1967)
Hage & Arken (1970)
Konseptualisasi
Penemuan ide
Evaluasi
Tentatif adopsi
Adopsi
Inisiasi
Penerima sumber
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Rutinisasi
Institusionalisasi

Tabel 3. Model Proses Inovasi Menurut Wilson dan Holbek
Wilson
(1966)
Zatlman Duncan & Holbek
1. Konsepsi perubahan
I. Tahap permulaan (inisiasi)
2. Pengusaha perubahan
      a. Langkah pengetahuan dan kesadaran
3. Adopsi dan implementasi
      b. Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi

      c. Langkah keputusan

II.Tahap implementasi

      a. Langkah awal implementasi

      b. Langkah kelanjutan pembinaan

DAFTAR PUSTAKA
Cangara H. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Ismail, Khadijah. 2015. Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan. Diakses pada web http://khodijahismail.com/wp-content/uploads/2015/07/Slide-Perkuliahan-Penyuluhan-dan-Perikanan.pdf. Tanggal 22 Februari 2018 pukul 11.00 WIB.
Pertiwi, P.P. Idha F. dan Rinda N. 2011. Karekteritik Adopter pada Masyarakat Nelayan Kampung Cipatuguran Pelabuhanratu dalam Penerimaan Teknologi baru. Jurnal Penyuluhan. 7 (1).
Purba, E.D.F. 2013. Komunikasi Penyuluhan Tingkat adopsi Inovasi. Koperasi dan UKM Sumetera utara.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Perikanan. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Komentar

  1. secara visual sudah baik, informasi yang disampaikan pun baik. akan tetapi alangkah lebih baiknya jika materi dibuat secara ringkas agar lebih jelas dan mudah dipahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah memberikan saran, nanti akan kami perbaiki lagi dalam proses penyedia informasi :) sering-seringlah kunjungi blog kami :) semoga bermanfaat ilmunyaa

      Hapus

Posting Komentar